Minggu, 20 November 2011

Before my 29th : Life is mission not coincidence

Hari ini suasana hatiku sangat tidak enak... tidur yang lumayan, tapi saat bangun di pagi hari ada sesuatu hal yang mengusik hatiku dan itu benar-benar dimanfaatkan untuk membuat suasana hatiku menjadi tidak nyaman, bahkan sampai ketika aku berada di gereja, ku harus berjuang agar sukacitaku gak dirampas...

Kekhawatiran akan masa depan, akan seperti apa aku setahun di depan, 10 tahun kemudian, 15 tahun... siapa pendamping hidupku kelak, dimana Bapa akan membawa cerita kehidupanku, keluarga seperti apa yang akan ku bangun kelak... semua itu seperti potongan-potongan film yang berputar cepat di kepalaku dan secepat itupula merampas sukacitaku berganti dengan kekhawatiran... kekhawatiran yang tidak pada tempatnya, kekhawatiran yang membuang-buang energi... tapi aku belajar satu hal bahwa hidupku selama 29 tahun ini dan tahun-tahun ke depan adalah sebuah misi, bukan suatu kebetulan aku hadir, aku ada di dunia ini...

just my dream to playing piano

with my luvly parents


aku harus mensyukuri apa yang sudah aku terima dalam 29 tahun ini, bahwa Bapa punya misi lewat hidupku... seseorang yang lahir secara premature, tumbuh sebagai anak sehat yang diberikan berbagai kemampuan dan kepintaran... aku punya keluarga yang cukup demokratis mengizinkan aku memilih pendidikan yang aku inginkan... 



menjadi seorang dokter adalah impian masa kanak-kanak ketika hampir setiap bulan aku bergaul dengan dokter anak untuk mengatasi masalah amandel yang tiada akhir... mamaku bahkan sudah mengetahui apa sakitku bahkan sebelum kami berkunjung ke dokter anak... 





play hard learning hard too

ketika aku berada di bangku SMU, keinginanku adalah menjadi seorang ekonom, bermain-main dengan angka dan hitungan untung rugi adalah sesuatu yang mengasyikkan, sesuatu yang sangat mudah untuk ku pelajari, setiap postingan debit kredit bukan perkara yang sukar bagiku bahkan tanpa mendapat pelajaran lebih dari mamaku yang seorang ekonom...

ketika Tuhan berkehendak, tak ada satupun yang bisa menghalanginya... ketika Tuhan menginginkan aku menjadi seorang dokter, bahkan papaku dengan 'terpaksa' mengizinkan anaknya untuk menjadi seorang dokter, padahal kedua orang tuaku bukanlah berlatar belakang kedokteran atau praktisi medis lainnya... artinya aku harus berjuang untuk sekolahku yang panjang ini....

dalam pendidikanku menjadi seorang dokter, disinilah aku mengerti lebih jelas mengenai panggilanku... bahwa hidupku adalah untuk menjalankan misinya... bukan suatu kebetulan aku lahir prematur, bukan suatu kebetulan kalau masa kanak-kanakku banyak dihabiskan dengan dokter anak... semua ada dalam rencanaNya... bukan suatu kebetulan kalau Bapa membawaku ke pulau Timor, bekerja dan belajar kehidupan mereka... tempat ini menjadi salah satu alasanku memilih pendidikan bedah untuk melanjutkan studiku...

so, kalo 29 tahun Bapa sudah memeliharaku sedemikian rupa, apakah aku harus kuatir kalau Bapa akan terus memelihara kehidupanku ke depan, akan apa yang aku butuhkan, akan apa yang aku inginkan... Bapa tahu lebih dari segalanya...


me with my luvly grandpa and grandma and chris


aku menulisnya dengan warna ungu, karena aku sangat menyukai warna ungu, warna keagungan dan penuh pengorbanan

Your daughter
-Angelica Maurene-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar