Selasa, 13 Desember 2011

when i know the truth...


Apa yang kau rasakan ketika mencintai seseorang namun tidak pernah bisa mengungkapkan perasaanmu dan memilih menyimpan perasaan itu bertahun-tahun demi menjaga persahabatanmu dengan orang yang kau cintai?

Bertahun-tahun aku bersahabat dengannya, bukan berasal dari sekolah yang sama, bukan pula dari fakultas yang sama, tapi kegiatan wajib universitas yang mempertemukan kami dan menjadikan kami teman seperjuangan bahkan bertahun-tahun setelah kegiatan itu selesai...

Sosok sahabat yang baik dan menyenangkan, seseorang yang enak diajak bicara terutama ketika aku mengalami 'prahara' dalam kisah cintaku yang akhirnya kandas... seseorang yang mau mendengarkan keluhan-keluhanku dan curahan hati dari seseorang yang sedang patah hati... ya aku menganggapnya sebagai sahabatku...

Persahabatan yang terus berlangsung bahkan ketika aku bertugas jauh dari kota asalku sebagai dokter PTT, aku menganggapnya sebagai sahabat karibku... seseorang yang bisa ku percaya, seseorang yang dengan entengnya aku bisa menceritakan tentang kehidupanku, keinginanku untuk sekolah, pekerjaanku, dan kisah cintaku... 

Kehidupanku sebagai dokter PTT yang ditempatkan di kecamatan yang tidak jauh dari rumahnya membuat persahabatan kami semakin dekat, ada hari-hari menyenangkan ketika mengusir dinginnya malam di puskesmas ditemani dengan canda tawa bersama sahabat, ada martabak yang kalah bersaing dengan dinginnya tempat PTTku, dan ada kisah-kisah pekerjaan dan sekolah... sesuatu yang tidak pernah aku sadari ada dibalik persahabatan kami...
3 tahun berlalu sesudah masa PTTku dan tidak ada yang berubah dari persahabatan kami, walaupun sangat amat jarang kami bertemu, tapi gadget dan i-net mampu membuat kami keep contact... dan sebuah pengakuan jujur setelah 3 tahun, tentang perasaan yang tak pernah diungkapkan... tentang suatu malam di puskesmas ketika dia 'nekad' berusaha mengatakan apa yang dirasakannya, tapi niat itu kemudian diurungkannya karena pertemuan kami lebih banyak berlalu karena aku menerima telpon dari temanku... suatu malam yang samar-samar dalam ingatanku, bahkan ketika aku berusaha keras untuk mengingatnya...



Pengakuan jujurnya jelas membuatku kaget, aku tidak pernah menyangka bahwa ada sesuatu yang lebih dari persahabatan kami, ATAU aku yang tidak peka dengan perasaan dan perlakuannya terhadap diriku... malam dimana pengakuan itu ku dengar menjadi malam introspeksiku, karena dia bukan orang pertama yang berhadapan dengan ketidakpekaanku terhadap perasaan seseorang pada diriku...

Kedekatanku dengan sahabat-sahabatku, memperlakukan mereka sebagai sahabat, aku sendiri bingung dimana letak ketidakpekaanku dan selalu menjadi fase surprise ketika mereka yang aku anggap sahabat mengungkapkan perasaan suka lebih dari sahabat, mengapa aku tidak bisa membaca bahasa tubuh atau perlakuan mereka padaku, atau mereka yang memang jago menyembunyikan perasaan mereka...

Pengakuan sahabatku tidak mengubah persahabatan kami, tetap saja dia sahabatku, tetap saja dia tempat curhat, tetap saja dia teman saling hujat yang menyenangkan... semoga sesudah hari itu 'ketidakpekaanku' bisa berkurang... 


ps. buat sahabatku, terima kasih buat pengakuan 'yang sangat amat lama' dan pelajaran tentang 'ketidakpekaanku'

-angie maurene-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar