Sabtu, 29 Oktober 2011

DiNDing... the place I see their smile




kelas dinding di pasar Bersehati, suasana belajar informal, liat dech senyum dan tawa mereka yang tulus tanpa merasakan beratnya kehidupan yang mereka jalani 


Hari ini aku akan bercerita tentang DiNDing... apa sich DiNDing itu... pasti sebagian or semua orang yang baca blog ini tau apa itu DiNDing... tapi aku mau cerita tentang suatu komunitas yang kami beri nama DiNDing...


Awal 2010 berawal dari ide seseorang dan ternyata sebagian besar punya kerinduan yang sama berdirilah komunitas yang sepakat diberi nama DiNDing... Komunitas ini berkerinduan untuk menjangkau anak2 jalanan di pasar 45, ground zeronya kota Manado... bukan hal yang mudah untuk mengumpulkan anak2 jalanan itu, bukan hal yang mudah untuk meyakinkan orang tua mereka dan 'preman2' di pusat kota bahwa niat kami hanya untuk memberikan pelajaran tambahan, bermain dengan mereka, menunjukkan kasih dalam bentuk yang nyata...

Lahan kosong disamping supermarket jadi tempat pertama kami, modal untuk membeli peralatan tulis menulis dan perlengkapan lainnya kami peroleh dari sumbangan, donatur, dan koin-koin yang udah dianggap gak punya nilai, ternyata bernilai gede bagi mereka, bisa membeli meja belajar, buku, pensil...

Waktu DiNDing berdiri aku telah kembali masuk pendidikan spesialis bedah, masa 6 bulan awal adalah masa paling berat, masa dimana kekuatan otot yang diandalkan tapi setiap kali aku melihat anak-anak itu dengan setiap kebandelan mereka aku merasa lelah itu hilang, aku merasa bersyukur karena kondisiku jauh lebih baik dari mereka tapi disisi lain aku belajar dari mereka arti bersukacita ditengah kesukaran dari anak-anak itu, aku belajar arti ketegaran dan berjuang untuk hidup dari mereka...

Hampir 2 tahun DiNDing telah berjalan, sekarang DiNDing punya tempat yang lebih layak walaupun harus belajar ditengah hamparan cabe kering... hehehehehehe tapi setidaknya jauh lebih layak dari tempat pertama... DiNDing tetap bertahan dengan keanekaragamannya, dengan volunter yang rata-rata mahasiswa, tanpa memandang dari fakultas mana, tanpa memandang dari agama apa... DiNDing bertumbuh dengan penyertaan ALLAH...

Hari ini kerinduanku terbayar, aku bisa mengunjungi DiNDing lagi... setelah sekian lama dengan berbagai alasan aku gak bisa kesana... aku senang melihat keceriaan anak-anak disana, aku senang mendengar celotehan mereka, yah walaupun kebiasaan bertengkar belum sepenuhnya hilang dari mereka... setidaknya mereka menghormati kakak-kakak yang mengajar mereka...

Aku mau cerita kisah kami ketika ngajar anak-anak tersebut... salah satu pelajaran tersulit mereka adalah matematika (hhhhhhmmmm kalo untuk pelajaran ini kayaknya bukan hanya anak-anak jalanan itu saja yang merasa matematika pelajaran yang sulit.... agree????)... beberapa pertanyaan yang diberikan

Kakak : Sekarang belajar pengurangan 3 - 5 = ?
Adik : 2
Kakak : Salah.... (si kakak nyari akal biar si adik mengerti), begini kalo kakak punya 3 roti trus kamu ambil 5 gimana?
Adik : langsung nyambar jawab, gak bisa kak, rotinya habis...
Kakak : (sambil senyum-senyum) pintar... oke soal berikutnya kalo kamu punya 7 roti trus kakak makan 5 roti, artinya
Adik : (dengan lantang menjawab) artinya KAKAK LAPAR....
Kakak : hanya bisa melongo sambil dalam hati ngomong kena deh gue.... 

Case lainnya... anak2 ini susah belajar matematika apalagi dalam bentuk soal cerita, mereka susah membaca soalnya dan susah memahami gimana menjawab soal itu Tapi akan berbeda kalo soal ceritanya seperti ini

Kakak : Bawang merah 1 Kg seharga Rp 7000,- ditambah Beras 2 Kg (sekilo harganya Rp. 6.000,-) jadi berapa yang harus dibayar
Adik : Rp. 19.000,-
Kakak : Kalau kakak bawa uang Rp. 20.000 jadi kembaliannya berapa?
Adik : Rp. 1.000,-

u see, untuk itung-itungan dalam bentuk soal cerita atau penambahan dan pengurangan langsung otak mereka merasa angka-angka itu sesuatu yang sulit tapi kalo ceritanya berhubungan dengan harga-harga dan bahan jualan (fyi orang tua mereka sebagian besar adalah pedagang di pasar bersehati) mereka tuh jagonya, gak bakal salah... bahkan beberapa diantara mereka berdebat "kak, harga bawang di lantai 1 lebih murah dari yang di bagian belakang, beda Rp 500,-... lha padahal itu cuma soal cerita saja bukan mau tawar menawar...

intermezzonya hari ini aku menangani seorang anak yang kakinya tertusuk paku... well, salah satu kebiasaan buruk mereka untuk tidak mengenakan sandal ketika bermain-main... tapi disini letak hebatnya mereka, mereka gak takut dengan yang namanya tetanus, sama yang namanya infeksi... antibodi mereka bekerja extra seperti mereka bekerja extra untuk bertahan hidup...

ini link ke DiNDing Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar