Minggu, 30 Oktober 2011

Masihkah kau mencintaiKu?

Hari ini aku mendengar sermon tentang “segenap senjata Allah”, eksposisi yang bagus dengan gaya anak muda (maklum yang khotbah adalah youth pastor) menjelaskan mengenai 6 perlengkapan rohani... yang akan ku bahas bukan tentang senjata rohani itu tapi sesuatu hal yang BAPA bisikkan ketika khotbah sementara berlangsung...

“AnakKu, seberapa besar kau bersyukur untuk apa yang kau miliki?”... aku kaget, koq Bapa nanya seperti itu, kan khotbahnya tentang senjata Allah, tentang prajurit Allah, kenapa sekarang jadi ngebahas tentang bersyukur?

Ketika khotbah hampir selesai dan diakhiri dengan doa, Bapa bicara lagi “AnakKu, seandainya kamu kehilangan semua yang kamu impikan, seandainya kamu kehilangan apa yang sudah kamu raih selama ini, apa kamu masih tetap mencintaiKu?”

Segala sesuatu seperti flash back dengan cepat dihadapanku... aku punya banyak hal, aku punya keluarga yang utuh dan mengasihi Tuhan, aku punya pendidikan yang baik bahkan saat ini masih mengejar impianku menjadi seorang pemegang pisau, aku punya sahabat-sahabat yang mengasihi Bapa, aku punya rumah yang nyaman, mobil untuk keperluanku sehari-hari, beberapa gadget yang gak bisa lepas dari keseharianku... aku punya impian-impian masa depanku...

Bagaimana kalau aku kehilangan semuanya, apa aku masih bisa berkata Tuhan itu baik? Aku teringat ketika aku kehilangan orang yang aku cintai, orang yang semula kupikir inilah pasangan hidupku dari Bapa, seseorang yang takut akan Tuhan tapi akhirnya semua hancur, itu salah satu pukulan berat dalam hidupku, butuh waktu yang panjang untuk memulihkan diriku tapi di balik semua peristiwa itu aku bisa berkata “Tuhan itu baik” sehingga Dia membuatku harus melalui peristiwa ‘kehilangan’ untuk membuatku sadar bahwa Bapa menyediakan seseorang yang lain sebagai pasangan hidupku... seseorang yang masih kunantikan sampai sekarang ini...

Dan Bapa kembali berbicara tentang sesuatu yang lebih nyata lagi “AnakKu, seandainya Aku mengambil impianmu menjadi seorang pemegang pisau atau Aku mengubur impianmu tentang seseorang yang saat ini sedang kau doakan padaKu, apa kamu masih tetap mencintaiKu?” duh Bapa, hatiku menangis mendengar semua itu, menjadi seorang ahli bedah adalah impianku – dalam blog yang lain akan ku jelaskan yang selama ini menjadi pertanyaan banyak orang, kenapa aku mau menjadi seorang ahli bedah – 2 tahun sudah aku berjuang, ada banyak air mata, ada banyak kecemasan, ada banyak keringat, ada banyak waktu bersama keluarga yang tersita, ada banyak yang ku korbankan ketika aku masuk pendidikan dokter spesialis, dan sekarang 1 tahap hampir selesai aku jalani... Dan Bapa bertanya apa aku masih mencintaiNya ketika Bapa mengubur impianku menjadi seorang pemegang pisau?

Poin kedua Kalau Bapa mengubur impianku dengan seseorang yang saat ini selalu ada dalam doa-doa yang kupanjatkan pada Bapa, apakah aku masih mencintaiNya? Bagiku mengenalnya bukan suatu kebetulan, Bapalah yang mengatur sampai kami berkenalan dan terhubung dengan orang-orang disekitar kami, mengenalnya membuatku belajar relationship yang sebenarnya, bahwa ada banyak hal yang belum aku mengerti tentang hubungan yang menyenangkan hati Bapa, mengenalnya membuatku bersyukur untuk semua keindahan karya buatan tanganMu yang bisa kunikmati dari sudut pandangnya...

“Aku memang ingin menjadi seorang ahli bedah, aku memilih jalan ini karena perjanjianku dengan Bapa dan seandainya Bapa mengambil impianku untuk menjadi seorang pemegang pisau ASALKAN itu untuk mendatangkan kemuliaan bagi namaMu, aku rela... karena hidupku adalah untuk kemuliaanMu... Aku memang berharap dia yang saat ini ku doakan adalah pasangan hidupku dan seandainya Bapa berkata tidak dan mengubur impianku, aku rela ASALKAN  aku tetap dalam kasihMu ya Bapa...” gak mudah mengucapkan kata-kata diatas, aku sendiri gak tahu rasanya kalau hal itu benar-benar terjadi... tapi satu yang aku yakini... aku rela kehilangan segalanya, segala yang dunia tawarkan ASALKAN aku tidak kehilangan pengharapanku pada BAPA...

Selama masih ada Tuhan, selalu ada Pengharapan, selalu ada Kasih... 
dan Kasih melenyapkan ketakutan...



Happy Sunday
angie maurene

Tidak ada komentar:

Posting Komentar